SIKAP HATI YANG DIKENAN TUHAN DALAM HAL MENABUR
RHEMA HARI INI
2 Korintus 9:7 Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.
Ada seorang guru yang sudah pensiun karena usianya sudah cukup senja. Ia pun pulang kembali ke desanya. Suatu hari, salah seorang muridnya pergi mengunjunginya, tetapi karena ia tidak berasal dari keluarga kaya, ia hanya bisa membawakan tiga buah ubi. Lalu guru tersebut bertanya kepada istrinya, apakah yang mereka punyai di rumah untuk membalas pemberian si murid. “Kita tidak memiliki apa-apa selain seekor ayam, Pak,” sahut istrinya. Demikianlah murid itu pulang dengan membawa seekor ayam pemberian mantan gurunya.
Di jalan, si murid itu tidak sengaja berjumpa dengan salah seorang mantan teman sekelasnya. Ia pun menceritakan apa yang baru saja terjadi. Temannya ini lalu berpikir, “Jika ubi dibalas dengan ayam, barangkali kalau aku berkunjung membawakan dua ekor ayam, aku bisa saja diberi kambing sebagai balasannya.” Kemudian ia pun memutuskan membawa dua ekor ayam ke rumah mantan gurunya tersebut. Saat menerima ayam-ayam tersebut, gurunya berujar gembira, “Bu, lihat! Kita baru saja memberi seekor ayam, eh sekarang kita sudah menerima balasan dua ekor ayam!” Akan tetapi, karena sang guru tadi tidak lagi memiliki apa-apa, selain daripada ubi pemberian mantan muridnya yang sebelumnya, maka hanya ubi itu sajalah yang dapat ia berikan kepada muridnya yang kedua tersebut.
Dari ilustrasi di atas, kita dapat belajar bahwa ketika kita hendak menabur, sebaiknya menaburlah dengan hati yang rela dan tulus ikhlas, tanpa mengharapkan imbalan apa pun. Karena sejatinya, ilmu matematika manusia berbeda dengan matematika Tuhan. Menabur berbeda dengan berinvestasi. Jika kita menabur dengan motivasi yang salah, yaitu untuk mendapatkan sesuatu sebagai balasannya, maka bisa jadi apa yang kita harapkan justru tidak kita terima. Karena saat kita menabur, yang Tuhan lihat bukanlah seberapa banyak taburan kita, melainkan bagaimana sikap hati kita saat menabur. Saat kita menabur dengan penuh sukacita dan kerelaan, Tuhan akan mencurahkan anugerah-Nya dan memberikan tuaian berkali-kali lipat dari apa yang kita taburkan.
RENUNGAN
Menaburlah dengan hati yang RELA dan penuh SUKACITA.
APLIKASI
- Sudahkah Anda memiliki sikap hati yang benar dalam menabur? Bagaimanakah sikap hati yang benar itu?
- Menurut Anda, mengapa kita perlu menabur dengan benar?
- Bagaimana kah kiranya agar kita dapat memiliki sikap hati yang benar saat menabur?
DOA UNTUK HARI INI
“Ya Bapa, kami menyadari bahwa segala apa yang kami miliki saat ini semuanya adalah dari pada-Mu, oleh-Mu dan untuk kemuliaan nama-Mu. Kami mau untuk bisa Engkau percaya dalam mengelola segala apa yang telah Engkau titipkan kepada kami, termasuk dalam hal menabur. Kami mau belajar menabur dengan sikap hati yang benar, yang penuh kerelaan dan sukacita. Karena kami percaya bahwa yang Engkau lihat bukanlah jumlah taburan kami, melainkan sikap hati kami. Dan kami rindu agar kami bisa memiliki hati yang berkenan di hadapan-Mu dan menyukakan hati-Mu.
Di dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa. Amin.”