Membangun kembali pernikahan yang bahagia
BACAAN HARI INI
1 Petrus 3:1-12
RHEMA HARI INI
1 Petrus 3:8 Sekarang, kata-kata ini saya tujukan kepada semua orang: Hiduplah sebagai satu keluarga besar yang rukun, saling memperhatikan dan saling mengasihi dengan kelembutan dan kerendahan hati. (FAYH)
“Kamu punya selingkuhan, ya?!” tuding Lea pada John, suaminya. “Dulu waktu masih pacaran kamu selalu ingin tahu kabarku. Kamu juga sering membawakan bunga, membelikan makanan yang kusuka, dan tahu aku sedang sedih atau gembira. Sekarang, kamu dinas ke luar kota seminggu, jangankan ingat membawakanku sesuatu, tak sekali pun kamu menghubungiku!” John menghela napas panjang dan membalas, “Aku tidak selingkuh. Aku hanya tidak mencintaimu seperti dulu lagi. Toh, kita sudah tidak semuda itu lagi. Yang penting aku masih menafkahimu dan anak-anak!”
Pernikahan memang tak seindah masa pacaran. Saat pertama jatuh cinta pada pasangan kita, semua kita lakukan untuk menarik perhatian dan menyenangkan hatinya. Melihat respons gembiranya, hati kita pun tambah berbunga-bunga. Namun, setelah mengarungi bahtera pernikahan sekian tahun, cinta itu berubah menjadi rasa tanggung jawab. Perlakukan spesial pada pasangan berganti menjadi pembagian tugas rumah tangga. Yang penting anak-anak dibesarkan dengan baik. Yang penting keluarga tercukupi kebutuhannya. Suami dan istri fokus pada bagiannya masing-masing, dan dengan hilangnya kebersamaan, cinta pun membeku.
Namun, kita tidak seharusnya memperlakukan pasangan kita berdasarkan apa yang kita rasakan terhadapnya. Lebih dari emosi, cinta sesungguhnya adalah komitmen. Setidaknya, itulah yang Allah tunjukkan kepada kita. Sepanjang sejarah umat manusia, berkali-kali kita jatuh ke dalam dosa dan mengecewakan-Nya. Namun, dalam kemurkaan-Nya, Allah tetap merencanakan pemulihan hubungan-Nya dengan kita. Apa yang terjadi di atas kayu salib pada Tuhan Yesus adalah bukti nyata betapa Allah komit mengasihi kita. Tindakan Allah memperlihatkan bahwa cinta adalah memberikan yang terbaik dari diri kita untuk kebaikan pihak lainnya, tidak peduli apa pun respons yang kita dapatkan. Benar, pada akhirnya, hanya komitmenlah yang membuat kita memutuskan untuk kembali mengasihi setelah disakiti, kembali berharap saat dikecewakan, dan kembali bersabar menunggu janji Tuhan dinyatakan dalam pernikahan kita. (MV.L)
RENUNGAN
Memang TIDAK MUDAH kembali memperlakukan pasangan kita dengan spesial, itu sebabnya BUTUH KOMITMEN tinggi demi membangun kembali PERNIKAHAN YANG BAHAGIA
APLIKASI
1. Bagaimana Anda memperlakukan pasangan Anda selama ini? Apakah dampaknya bagi hubungan Anda dengan pasangan?
2. Mengapa Anda membutuhkan komitmen tinggi untuk membangun kembali pernikahan yang bahagia?
3. Bagaimana Anda dapat kembali memperlakukan pasangan Anda dengan spesial? Tuliskanlah komitmen Anda!